Setiap harinya, anak-anak usia sekolah di NTT diharuskan berjalan kaki sejauh 10 kilometer atau kurang lebih 2,5 jam untuk mendapat air minum. Aktivitas ini dilakukan sedikitnya 2 kali sehari agar airnya tidak hanya cukup untuk minum, tapi juga untuk memasak dan mencuci demi membantu beban pekerjaan orang tua mereka.
Sebelum berangkat sekolah, anak-anak harus bangun jam 5 pagi berjalan kaki berkilo-kilo membawa jerigen air demi air bersih untuk minum dan memasak. Mereka harus melewati medan perjalanan yang rusak, naik turun bukit, bahkan hutan dengan pencahayaan yang terbatas khususnya menjelang malam hari.
Sekitar hampir 1.500.000 masyarakat NTT, belum mendapatkan akses air bersih (BPS NTT, 2018) sehingga pada musim kemarau, kondisi kekeringan membuat masyarakat termasuk anak-anak terutama di pedesaan mengkonsumsi air hujan dari embung (lobangan besar) yang juga dikonsumsi oleh hewan ternak.
Kondisi-kondisi tersebut memicu risiko baru seperti penyebaran wabah penyakit, stunting, putus sekolah hingga kekerasan dan eksploitasi anak.